Saturday 5 December 2015

Dimana Benang mu

Aku tidak pernah tahu kalau hidup ternyata semisterius ini. Tidak ada lagi kepulan di atas gelas itu, kopinya sudah mendingin sejak tadi, tapi gadis itu belum berniat untuk meminum atau menyesapnya sedikitpun. 

Ia memperhatikan jendela besar di sampingnya, banyak orang yang berlalu lalang di luar cafe. Langkah mereka terlihat tergesa-gesa karena mungkin tadi aktifitas mereka terganggu karena hujan sempat turun. Jalan di luar licin karena hujan, dan tetesan air meluncur bebas dari seluruh atap. Sangat membosankan. Gadis itu menghela nafasnya, bosan. Lihat, semuanya begitu mudah ditebak.

Aku ingin sesuatu yang misterius, yang bisa mengunggah hatiku. Dan, sekarang tatapan gadis itu berpindah kearah sepasang kekasih yang duduk di depannya. Mereka begitu mesra, bahkan mereka tanpa segan-segan lagi berpegangan tangan atau merangkul dengan mesra. Dengan malas gadis itu melirik kelingking mereka masing-masing. "Ah, kasihan sekali, tapi kejadian seperti ini sungguh membosankan. 

Menebar keromantisan di depan orang, menjalin kasih bertahun-tahun, dan ternyata itu semua hanya menghabiskan waktu." desah gadis bernama Yeon Woo itu. Ia melihat benang merah dimasing-masing jari kelingking pasangan itu menjulur entah kemana. Seharusnya, kalau mereka jodoh, benang itu akan terikat walau jarak mereka berjauhan. Dua orang yang duduk di depan mejanya bukan jodoh. Ya, Yeon Woo sejak lahir sudah mempunyai kelebihan melihat jodoh seperti itu. 

Saat masih berumur 5 tahun, ia bingung kenapa ada benang disetiap jari kelingking orang yang ia temui, tanpa takut ia bertanya kepada kakeknya. "Jadi kamu ya penerus kakek," kakeknya tersenyum hangat, "Jangan takut. Itu adalah kelebihanmu. Tapi jangan beri tahu siapa-siapa, ok? Oh iya, kalau kakakmu, si Chaerin, itu terkecuali. 

Beri tahu saja dia, kamu pasti tidak tega kan kalau dia menemukan jodoh yang salah?" Yeon Woo mengangguk, walaupun ia masih kecil, ia tahu betul konsekuensi yang berat kalau ia membocorkan rahasia 'kelebihannya'. Yang membuat gadis itu bingung sampai sekarang adalah di jarinya tidak ada benang apapun. Ia merasa frustasi, apakah aku tidak mempunyai jodoh? Tanyanya dalam hati. Ia tidak berani bertanya lagi kekakeknya tentang masalah ini, kakeknya sudah begitu tua, Yeon kasihan kalau membuat kakeknya jadi berfikir yang berat dan akhirnya berujung dengan penyakit yang kambuh. Yeon menggeleng, "mungkin aku harus bersabar sedikit lagi." Saat gadis itu hendak meminum kopinya, ada segerombolan anak SMP yang masuk ke dalam. Mata Yeon berbinar, diantara segerombolan itu ada dua anak yang berjodoh.

Jarak duduk mereka memang tidak dekat, dan terlihat sekali kalau sifat diantara keduanya sangat kontras: bocah laki-laki kelihatan tengil sedangkan yang perempuan lebih kalem dan pemalu. Yeon meminum kopinya sampai kandas setengah gelas, memasukkan barang-barangnya yang berceceran di atas meja dan memasukannya ke dalam tas. Sebelum keluar dari pintu, Yeon menepuk pundak bocah laki-laki itu -yang memang jaraknya sangat dekat dengan pintu keluar-, "hei, kamu dengan gadis yang duduk disana," Yeon menunjuk perempuan yang berkucir kuda, "cocok banget. Kalian harus tetep temenan ya sampe umur kalian cukup untuk menikah. Oke?" pipi keduanya bersemu merah, dan sontak teman-temannya berteriak riuh. Yeon sudah berjalan keluar cafe, tapi samar-samar ia mendengar suara bocah laki-laki tadi, "kamu dengar, kan? Mba tadi saja tahu kalau aku sama kamu itu cocok.

Aku setuju saja sih, asal kamu mencopot behelmu itu." Yeon terkikik geli mendengarnya. Drttt..drrrttt.. Hapenya bergetar, Yeon langsung merogoh isi tasnya dan mengeluarkan hapenya. Chaering calling. Tercetak jelas di hape touch screen-nya. Langsung saja ia mengangkatnya. Sedetik saja ia telat mengangkatnya, kakaknya itu langsung mengomel 7 hari 7 malem. "Kamu itu ga tau apa kalau aku nelpon karena penting? Eh kamu malah ga ngangkat." pasti begitu bunyi salah satu ocehannya. "Halo, kak, ada apa?" "Besok kakak mau lamaran di Korea Selatan, kamu cuti kerja dulu, oke? Pokoknya kamu harus datang!" tanpa basi-basi sedikitpun, terdengar juga nada mengancam disuara kakaknya. 

Mata Yeon yang sipit membulat sempurna, "hah?! buru-buru banget, sih, kak??? Kakak kan baru pacaran dengan Kak Jiyoung seminggu yang lalu, kok langsung nikah, sih?" Dari seberang sana, Chaerin tertawa keras, "kata kamu, kan, dia jodoh kakak. Lagian kakak juga udah 24 tahun, jangan kelamaan ah nunda-nunda nikahnya." "Aku aja bisa jamin kalau kakak belum cinta sama kak Jiyoung. Ngaku!!" "Iya sih, ah udahlah, masalah cinta itu gampang. Bisa diatur. Yang penting nikah dulu. Kalo seatap terus kan lama-lama bisa cinta." Merasa lelah berdebat dengan kakaknya, terlebih lagi kepalanya sudah berdenyut-denyut, Yeon pun mengalah, "iya deh, besok aku datang."

Author : Anny Safira (Adek ku yang paling cantik)

Thanks guys for reading this story if you feel this blessing you feel free to share it,

No comments:

Post a Comment